Senin, 17 November 2008

duka buat simbah

Aku Kini Seekor Burung

Aku kini seekor burung
Liar, bebas
Aku tinggal di udara bersama angin
Kususuri lorong-lorong waktu
Berteman sepi yang tak kuingin

Aku kini seekor burung
Tak ada lagi tempat bagiku
Di sini, dan di mana pun
Dunia begitu luas tanpa batas
Di dinding langit jantungku terhempas

Aku kini seekor burung
Bebas, tapi mengapa
Aku begitu sedih
Ketika kusadari
Aku hanya sendiri
Terusir dalam sunyi
(2008)




Ditelan Kabut

Dalam sebuah perjalanan, tiba-tiba
Kaulenyap entah ke mana
”Aku ditelan kabut”, begitu bisikmu pada angin

Kucari jejakmu pada butiran pasir
Desir gelombang segera menyapu bersama air

Kuhirup udara, barangkali
Harum nafasmu masih ada
Yang tersisa hanyalah hampa

Hanya sebuah keyakinan
Membingkai hati tuk bertahan
Engkau telah menjelma samudera
Biarkan aku tenggelam di sana

(2008)




Pulang

Mengenang Mbah Sudi

Simbah yang tinggal di depan rumah
sudah pergi
Ditinggalkan raganya
dalam sebuah bilik sepi

Dari jauh ia memandang
raga yang setia menemani
dalam sebuah perjalanan panjang

Ketika orang-orang menemukan jasadnya
simbah mengintip dari balik jendela
Suka cita langit berdendang
Menyambut simbah pulang

(2008)




Simbah dan Manusia Kabut

Malam itu Simbah bersama manusia kabut,
mengobrol di beranda dingin
berdua menjadi satu dalam balutan angin

tubuhnya yang telanjang tersamar
matanya lelah cahaya pendar-pendar
rambut putihnya panjang berkibar

manusia kabut pandangannya tajam menghunjam
berkata tegas menandas
simbah harus pulang ke negeri impian
meninggalkan kamar kosong sendirian

(2008)

Tidak ada komentar: